Revi point of view
Aku terbangun dipagi yang sangat
cerah, semalam suara justin mampu membuatku tersenyum, suaranya sangat indah
dan merdu, seperti nyanyian burung disurga. Aku berharap selalu bisa mendengar
ia menyanyi. Aku sudah menggosok gigiku dan mencuci muka, aku belum berganti
pakaian karena aku tidak tahu letak koperku dimana, saat ini saja piyama
cokelat melekat ditubuhku, ini pasti milik momnya justin. Justin dan ibunya
sudah duduk manis dikursi meja makan, menungguku menghampiri mereka, justin
masih dengan setelan piyama lucunya dan mompatt sudah cantik dengan setelan jaz
kerja yang formal. Justin memamerkan giginya yang kecil kecil saat aku duduk
disampingnya.
“morning sleeping beauty” sapa mompatt padaku,aku tersenyum.
Aku akan berusaha memanggilnya mom atau mompatt setidaknya panggilan yang sopan
“morning mom” balasku ceria, justin dan mompatt terkejut lalu trtawa
“awal yang baik” bisik mompatt pada justin, aku terkekeh
“morning beauty” sapa justin kemudian
“morning justin” balasku kalem, justin tersenyum manis lalu mulai mengolesi saus diatas omlette buatan pembantu justin. Aku mengoles rotiku dengan selai cokelat sedangkan mompatt memakan oatmilk yang sama sekali menurutku tidak ada rasa.
“bagaimana tidurnya sayang?mom dengar ada suara nyanyian semalam” goda mom
“justin yang bernyanyi,aku fikir. Justin sangat berbakat ya mom” balasku
justin menatapku cemberut,
“aku tidak suka dipuji,Revi” katanya, aku mengerutkan dahiku
“yasudah,kalian berdua silahkan habiskan sarapannya, mom akan ke kantor”
mom mencium kedua pipi justin dan mencium kedua pipiku juga, rasa hangat menjulur dikedua permukaan pipiku, aku merindukan kecupan dari seorang ibu.
aku tersenyum dan langsung memeluknya, menahan air mataku agar tidak menetes
“morning mom” balasku ceria, justin dan mompatt terkejut lalu trtawa
“awal yang baik” bisik mompatt pada justin, aku terkekeh
“morning beauty” sapa justin kemudian
“morning justin” balasku kalem, justin tersenyum manis lalu mulai mengolesi saus diatas omlette buatan pembantu justin. Aku mengoles rotiku dengan selai cokelat sedangkan mompatt memakan oatmilk yang sama sekali menurutku tidak ada rasa.
“bagaimana tidurnya sayang?mom dengar ada suara nyanyian semalam” goda mom
“justin yang bernyanyi,aku fikir. Justin sangat berbakat ya mom” balasku
justin menatapku cemberut,
“aku tidak suka dipuji,Revi” katanya, aku mengerutkan dahiku
“yasudah,kalian berdua silahkan habiskan sarapannya, mom akan ke kantor”
mom mencium kedua pipi justin dan mencium kedua pipiku juga, rasa hangat menjulur dikedua permukaan pipiku, aku merindukan kecupan dari seorang ibu.
aku tersenyum dan langsung memeluknya, menahan air mataku agar tidak menetes
Setelah mompatt
pergi ke kantor,justin mengajakku jalan jalan keluar dengan piyama. Aku
menerima tantangannya asalkan ia mau membuatkan aku segelas cokelat hangat.
Justin langsung setuju dan menarik tanganku keluar perkarangan rumahnya yang
mewah.
aku dan justin berjalan pagi pagi berkeliling kompleks, jam menunjukan pukul 7 pagi, aku dan justin masih memakai piyama sedangkan beberapa oranglain sudah menggunakan setelan terbaiknya untukpergi beraktivitas. Justin kuliah disalah satu universitas di atlanta. Aku dan justin duduk di ayunan tua setelah lelah berjalan 45 menit. Aku mengayunkan ayunanku dengan gerakan lambat. Justin hanya duduk diam sambil menatapku.
“jadi bagaimana hidupmu sebelum ada aku?” tanyaku pada justin, ia terdiam
“biasa.datar,aku biasanya kuliah atau tidak menghabiskan waktu dirumah chaz dan ryan” kata justin menjawab pertanyaanku
“siapa chaz dan ryan?” tanyaku
“mereka sahabatku,sejak grade6,mereka anak baik dan asik”
aku dan justin berjalan pagi pagi berkeliling kompleks, jam menunjukan pukul 7 pagi, aku dan justin masih memakai piyama sedangkan beberapa oranglain sudah menggunakan setelan terbaiknya untukpergi beraktivitas. Justin kuliah disalah satu universitas di atlanta. Aku dan justin duduk di ayunan tua setelah lelah berjalan 45 menit. Aku mengayunkan ayunanku dengan gerakan lambat. Justin hanya duduk diam sambil menatapku.
“jadi bagaimana hidupmu sebelum ada aku?” tanyaku pada justin, ia terdiam
“biasa.datar,aku biasanya kuliah atau tidak menghabiskan waktu dirumah chaz dan ryan” kata justin menjawab pertanyaanku
“siapa chaz dan ryan?” tanyaku
“mereka sahabatku,sejak grade6,mereka anak baik dan asik”
“nanti,kau mau mengenalkan mereka kepadaku?” tanyaku iseng
“ryan sangat menyukai gadis cantik,aku tidak akan membiarkanmu jatuh ketangan ryan” kata justin melawak,aku terkekeh
“jangan bercanda” balasku geli
“kau punya kekasih?” tanya justin kemudian,sambil menatap kedua mata biruku. Aku membalas tatapan hazel itu dengan geli
“punya” balasku, justin menatapku ingin tau
“well,siapa pria itu?”
“dad” balasku lucu lalu tertawa, justin ikut tersenyum
“mom dan dad bercerai saat aku masih kecil,tapi aku masih sering berkomunikasi dengannya, kami tidak saling membenci” kata justin
“itu bagus bukan”
“dia menikahi perempuan aneh dan meninggalkan mom, itu membuatku tidak terlalu merasa dia hebat lagi didalam hidupku” balas justin pelan, aku mengelus pipi justin.
“kau tau?dia pasti bangga punya anak sepertimu, baik hati dermawan daannnnn....”
“dan apa? Tampan?” tanya justin percaya diri, aku terkekeh
“dan mempunyai suara yang bagus” kataku melanjutkan kalimatku. Justin cemberut
“dan jangan lupa, kau juga pembuat cokelat hangat terbaik,justin”
justin tersenyum lalu mengacak rambutku
“ryan sangat menyukai gadis cantik,aku tidak akan membiarkanmu jatuh ketangan ryan” kata justin melawak,aku terkekeh
“jangan bercanda” balasku geli
“kau punya kekasih?” tanya justin kemudian,sambil menatap kedua mata biruku. Aku membalas tatapan hazel itu dengan geli
“punya” balasku, justin menatapku ingin tau
“well,siapa pria itu?”
“dad” balasku lucu lalu tertawa, justin ikut tersenyum
“mom dan dad bercerai saat aku masih kecil,tapi aku masih sering berkomunikasi dengannya, kami tidak saling membenci” kata justin
“itu bagus bukan”
“dia menikahi perempuan aneh dan meninggalkan mom, itu membuatku tidak terlalu merasa dia hebat lagi didalam hidupku” balas justin pelan, aku mengelus pipi justin.
“kau tau?dia pasti bangga punya anak sepertimu, baik hati dermawan daannnnn....”
“dan apa? Tampan?” tanya justin percaya diri, aku terkekeh
“dan mempunyai suara yang bagus” kataku melanjutkan kalimatku. Justin cemberut
“dan jangan lupa, kau juga pembuat cokelat hangat terbaik,justin”
justin tersenyum lalu mengacak rambutku
“kenapa kau tidak suka kalau aku bilang suaramu bagus?”
tanyaku penasaran
“suaraku tidak bagus,Revi.aku tidak percaya dengan suara bagus”
aku tertawa...
“suaraku tidak bagus,Revi.aku tidak percaya dengan suara bagus”
aku tertawa...
Justin point of view
“kau punya suara seperti nyanyian burung disurga,justin.
Menenangkan” katanya
aku tertegun,aku sangat suka bagaimana cara ia menyebutkan namaaku,entahlah menurutku, ia berbeda. Aku selalu tersenyum saat berbicara dengannya, sementara di kampus aku terkenal orang yang paling diam dan dingin tetapi saat aku bersama Revi, aku merasa bahagia. Aku tidak perlu bermain drama didepannya. Aku bisa menjadi diriku apa adanya didepannya. Dia selalu membuatku sadar bahwa aku tidak sendiri. Aku menyanyanginya tuhan...
Revi menarik pergelangan tanganku menjauh dari taman menuju kembalikerumahku. Saatnya ia menagih cokelat hangat kesukaanya. Entahlah, ia menyukai cokelat hangat buatanku. Katanya berbeda. Padahal aku tidak menambah bumbu dan tambahan lain kedalam minumannya
aku tertegun,aku sangat suka bagaimana cara ia menyebutkan namaaku,entahlah menurutku, ia berbeda. Aku selalu tersenyum saat berbicara dengannya, sementara di kampus aku terkenal orang yang paling diam dan dingin tetapi saat aku bersama Revi, aku merasa bahagia. Aku tidak perlu bermain drama didepannya. Aku bisa menjadi diriku apa adanya didepannya. Dia selalu membuatku sadar bahwa aku tidak sendiri. Aku menyanyanginya tuhan...
Revi menarik pergelangan tanganku menjauh dari taman menuju kembalikerumahku. Saatnya ia menagih cokelat hangat kesukaanya. Entahlah, ia menyukai cokelat hangat buatanku. Katanya berbeda. Padahal aku tidak menambah bumbu dan tambahan lain kedalam minumannya
Aku membuatkannya segelas cokelat hangat sementara ia menunggu
didepan televisi, menonton kartun spongebob squarepants sambil tertawa.
“minumanmu sudah jadi,nona” bisikku jail ditelinganya, ia terkejut lalu tersenyum menerima cokelat dariku, ia menghirup udaranya terlebih dahulu baru meminumnya
“seperti biasa,selalu enak” katanya menggoda, aku tersenyum lalu meminum soda ditanganku, aku tidak terlalu suka cokelat hangat dan minuman lembut lainnya.
“kenapa kau tidak buka restaurant khusus cokelat,huh?” tanyanya padaku. Aku menggeleng pelan. Entahlah,aku tidak tertarik dalam hal berbisnis kecuali jika aku tidak bisa menjadi lawyer, aku masuk fakultas hukum di salah satu universitas negeri atlanta, aku menyukai perdebatan, aku sangat ingin memenangkan kasus yang kupegang. Aku akan membuat dad bangga dan kembali ke keluarga kecil kami meninggalkan isterinya yang menyebalkan itu.
“aku tidak tertarik,bagaimana kau?kau mau jadi apa?” tanyaku membalikkan pertanyaan konyol itu, Revi terdiam lalu tersenyum
“aku tidak percaya aku mempunyai masa depan” bisiknya lirih, aku terdiam. Aku tidak suka ada orang yang putus asa dihadapanku
“apa yang kau bicarakan,Ms.McKenzie?” tanyaku tak suka dengan jawabannya, ia menggeleng dan mengangkat wajahnya, menghadap kearahku
“aku tidak tahu kalau aku punya masa depan” katanya sekali lagi, lalu tersenyum. Sedetik kemudian, air matanya sudah akan keluar, tapi buru buru ia tertawa, berusaha menghilangkan air mata dikedua kelopak mata birunya yang indah. Aku tahu itu, ia tertawa padahal hatinya menangis, ia kesepian.
“kau tau?aku akan menjaga semua rahasiamu,aku janji asalkan kau mau membagi bebanmu untukku?” tawarku manis, ia menggeleng
“kau bersih dari masalah,bieber.aku tidak akan merepotkanmu lagi, sudah cukup kau repot dengan menampungku dirumahmu,padahal kita tidak saling kenal dantidak ada hubungan apa apa” balasnya dingin, membuat emosi ku meluap luap. Apa yang sedang ia fikirkan, kenapa ia berfikir kalau aku menampungnya secara terpaksa karena kasihan ia berada dijalanan luar sana yang dingin. Aku menatapnya tajam. Ia mendelik, aku tidak suka dia berbicara sepeti ini
“apa yang kau katakan,Revi
McKenzie. Aku kecewa kau berkata seperti itu, kau fikir untuk apa aku
membiarkanmu dirumahku selama yang kaumau. Katakan padaku” kataku dingin, ia
menunduk berusaha sekuat tenaga untuk mendongakkan wajahnya. Matanya memerah.“minumanmu sudah jadi,nona” bisikku jail ditelinganya, ia terkejut lalu tersenyum menerima cokelat dariku, ia menghirup udaranya terlebih dahulu baru meminumnya
“seperti biasa,selalu enak” katanya menggoda, aku tersenyum lalu meminum soda ditanganku, aku tidak terlalu suka cokelat hangat dan minuman lembut lainnya.
“kenapa kau tidak buka restaurant khusus cokelat,huh?” tanyanya padaku. Aku menggeleng pelan. Entahlah,aku tidak tertarik dalam hal berbisnis kecuali jika aku tidak bisa menjadi lawyer, aku masuk fakultas hukum di salah satu universitas negeri atlanta, aku menyukai perdebatan, aku sangat ingin memenangkan kasus yang kupegang. Aku akan membuat dad bangga dan kembali ke keluarga kecil kami meninggalkan isterinya yang menyebalkan itu.
“aku tidak tertarik,bagaimana kau?kau mau jadi apa?” tanyaku membalikkan pertanyaan konyol itu, Revi terdiam lalu tersenyum
“aku tidak percaya aku mempunyai masa depan” bisiknya lirih, aku terdiam. Aku tidak suka ada orang yang putus asa dihadapanku
“apa yang kau bicarakan,Ms.McKenzie?” tanyaku tak suka dengan jawabannya, ia menggeleng dan mengangkat wajahnya, menghadap kearahku
“aku tidak tahu kalau aku punya masa depan” katanya sekali lagi, lalu tersenyum. Sedetik kemudian, air matanya sudah akan keluar, tapi buru buru ia tertawa, berusaha menghilangkan air mata dikedua kelopak mata birunya yang indah. Aku tahu itu, ia tertawa padahal hatinya menangis, ia kesepian.
“kau tau?aku akan menjaga semua rahasiamu,aku janji asalkan kau mau membagi bebanmu untukku?” tawarku manis, ia menggeleng
“kau bersih dari masalah,bieber.aku tidak akan merepotkanmu lagi, sudah cukup kau repot dengan menampungku dirumahmu,padahal kita tidak saling kenal dantidak ada hubungan apa apa” balasnya dingin, membuat emosi ku meluap luap. Apa yang sedang ia fikirkan, kenapa ia berfikir kalau aku menampungnya secara terpaksa karena kasihan ia berada dijalanan luar sana yang dingin. Aku menatapnya tajam. Ia mendelik, aku tidak suka dia berbicara sepeti ini
“karena kau kasihan padaku justin,kau menampungku disini karena kau kasihan karena aku tidak mempunyai keluarga yang baik sepertmu. Karena kau kasihanpadaku,kau tahu,aku tidak perlu dikasihani justin,aku bisa hidup sendiri. Sudah dua bulan aku hidup sendiri,lama lama aku akan terbiasa” balasnya tak mau kalah. Aku menangkap tangannya yang bergerak diudara
“aku tidak mengerti yang kau bicarakan,tapi.aku sangat marah padamu,Revi”
dia tersentak kaget, aku menatapnya dingin. Mataku memancarkan emosi yang akan meledak sebentar lagi
“lalu,untuk apa kau membawaku kerumahmu yang hangat ini, kenapa kau tidak menabrakku langsung dan tidak mengerem mobil sportmu itu, kenapa kau tidak membiarkan aku ditabrak oleh mobil lain selain dirimu,dengan itu kau tidak perlu merasa bersalah” balasnya keras kepala
“aku tidak mau menjadi pembunuh”
“kau tidak menabrakku,biarkan saja aku dijalanan yang dingin itu menunggu mobil dengan ganasnya yang akan menghantam tubuhku,huh?kenapaaaa?” teriaknya histeris, air matanya mulai mengucur deras. Hidung dan matanya memerah. Suaranya mulai melemah
“aku juga tidak berharap aku ada disini,kalau aku hanya bisa membuatmu marah” bisiknya lirih lalu menuju kamarnya. Aku terdiam, menatap punggungnya yang menjauh dari pandanganku. Aku tidak mengerti... dan aku tidak akan pernah mengerti masalahnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar