Justin Bieber Point Of View
Mom menyambutku dengan pelukan hangatnya, aku sangat merindukannya, kuputar tubuhku 360 derajat berharap aku masih menemukan mata biru laut itu menatap kepergianku. Setelah aku mengetahui bahwa mungkin tubuh mungilnya sudah dibawa oleh taxi, seperti katanya tadi.
“bagaimana keadaan grandma,justin?” tanya mom padaku, aku tersenyum pelan
“jauh dari baik, dia luar biasa baik” kataku kacau. Mom tersenyum menggoda
Mom menyambutku dengan pelukan hangatnya, aku sangat merindukannya, kuputar tubuhku 360 derajat berharap aku masih menemukan mata biru laut itu menatap kepergianku. Setelah aku mengetahui bahwa mungkin tubuh mungilnya sudah dibawa oleh taxi, seperti katanya tadi.
“bagaimana keadaan grandma,justin?” tanya mom padaku, aku tersenyum pelan
“jauh dari baik, dia luar biasa baik” kataku kacau. Mom tersenyum menggoda
“mom tau kau justin,pasti ada gadis disana yang menarik perhatianmu ya?”
aku tersenyum
“Revi Ardelina McKenzie” balasku sebelum mom bertanya siapa namanya. Mom bersiul gembira, sambil membawa mobilnya membelah jalanan atlanta, kota kesayanganku setelah Canada, kota kelahiranku.
“bagaimana?”
“baik,cantik,dan ceroboh” balasku lalu tersenyum, bahkan hanya menyebut namanya mampu membuatku tersenyum
Kuhempaskan
tubuhku diatas kasur berukuran king disisi kanan kamarku, nuansa hitam putih
khas kamarku langsung masuk kedalam penglihatanku. Aku yang mendekorasinya
sendiri. Bahkan,aku yang turut membeli semua perabotan kamarku sendiri.
Kukeluarkan sapu tangan merah muda disaku celanaku. Ini sapu tangan milik Revi,
bordiran namanya indah menghiasi tepi sapu tangan bermerk ini. Aku tahu Revi
pasti anak orang kaya, tetapi kenapa matanya memancarkan kesedihan dan jauh
dari kegembiraan? Aku tahu ia punya masalah besar, bahkan sangat besar yang
mampu membuat fikirannya terganggu, bahkan mampu merenggut tubuhnya yang
mungil, aku menginginkan ia bahagia, aku ingin melindunginya, semampuku...
Revi Ardelina point of view
Sudah satu jam
aku duduk disalah satu kafetaria terkenal di atlanta, bahkan toko ini sebentar
lagi akan tutup, dan aku tidak bisa menghabiskan waktuku disini lagi. Tapi,aku
sama sekali tidak tahu aku harus kemana? Aku tidak tahu harus berbuat apa. Ya
tuhan.... tolong aku...
Setelah membayar pesananku, kulangkahkan kakiku keluar kafetaria dengan menggeret koper ungu mudaku menjauh dari kafetaria yang satu jam lalu kusinggahi. Aku tidak sanggup lagi hidup dalam kesepian seperti ini, aku tidak sanggup hidup ditengah tengah rasa ketakutan. Kakiku menelusuri koridor yang tokonya sudah tertututp rapat, bahkan mobil sudah jarang melintasi jalan utama ini. Hari semakin gelap, bahkan sudah sangat gelap. Aku sudah putus asa, aku tidak tahu bagaimana hidupku selanjutnya, aku mau mengakhiri hidupku saja jika hanya aku sendiri yang menanggung semua bebanku, aku tidak peduli jika allison-
Setelah membayar pesananku, kulangkahkan kakiku keluar kafetaria dengan menggeret koper ungu mudaku menjauh dari kafetaria yang satu jam lalu kusinggahi. Aku tidak sanggup lagi hidup dalam kesepian seperti ini, aku tidak sanggup hidup ditengah tengah rasa ketakutan. Kakiku menelusuri koridor yang tokonya sudah tertututp rapat, bahkan mobil sudah jarang melintasi jalan utama ini. Hari semakin gelap, bahkan sudah sangat gelap. Aku sudah putus asa, aku tidak tahu bagaimana hidupku selanjutnya, aku mau mengakhiri hidupku saja jika hanya aku sendiri yang menanggung semua bebanku, aku tidak peduli jika allison-
mommy tiriku- mengambil semua harta dad, karena Cuma aku yang
punya surat asli hak warisan dad. Sambil tak tentu arah, aku berjalan ditengah
tengah jalan raya, biarkan saja jika ada kendaraan lewat yang dengan ganasnya
menabrak tubuhku, walaupun sakit, walaupun aku harus masuk penjara, penjara lebih
baik daripada hidup berkeliaran dijalanan kan? Oh ya tuhan, fikiranku sudah
tidak beres. Tiba tiba aku teringat saat aku masih berumur 4 tahun,saat itu
adalah saat saat terbaik dalam hidupku,saat aku mom dan dad pertama kalinya
liburan ke disneyland di jepang, pertama kali aku menaiki komidi putar. Pertama
kali dalam hidupku,aku merasakan dicintai dan disayangi oleh dua orangtua yang
aku sayangi. Aku harap mereka masih disini,masih memelukku, masih menghabiskan
waktu mereka untukku, masih mau mendengarkan seluruh kesah dan resah yang sudah
lama kusimpan rapi didalam hatiku, masih mau mendengarkan bahwa aku disini
menangis merindukan mereka dan menyebut nama mereka disetiap doaku.. aku
merindukan mom, aku juga merindukan daaa......
CIIIITTT!!!!!
Lambhorghini kuning itu menghantam sedikit tubuhku
Justin??
CIIIITTT!!!!!
Lambhorghini kuning itu menghantam sedikit tubuhku
Justin??
Justin Point Of view
Aku tahu ada yang tidak beres
dengan Revi, aku tahu bahwa ia ke atlanta tidak punya tujuan ‘kemana saja
kereta ini membawa tubuhku’ aku tau bahwa perkataannya beberapa waktu lalu itu
benar,bukan sekedar lelucon. Aku menelusuri jalanan atlanta dengan sabar,
mencoba mencari gadis yang sedari tadi mengganggu fikiranku. Akhirnya aku
menemukannya, sedang berjalan gontai ditengah jalan. Ia berharap bahwa ada
seseorang yang akan menabraknya begitu saja. Dasar gadis bodoh! Kenapa dia
mampu membuatku tak karuan memikirkannya?
kupijak rem yang ada dikakiku, segera berhamburan keluar dari mobilku dan menghampiri Revi yang menundukan wajahnya. Aku tahu ia pasti tidak mau menemuiku saat ini, ia tidak mau aku mendapatinya disaat ia sedang menangis, wajahnya lemah,pucat dan air matanya bercucuran mengalir dikedua pipinya yang merah. Aku segera memeluk tubuhnya yang masih dibalut jaket pemberian dariku
kupijak rem yang ada dikakiku, segera berhamburan keluar dari mobilku dan menghampiri Revi yang menundukan wajahnya. Aku tahu ia pasti tidak mau menemuiku saat ini, ia tidak mau aku mendapatinya disaat ia sedang menangis, wajahnya lemah,pucat dan air matanya bercucuran mengalir dikedua pipinya yang merah. Aku segera memeluk tubuhnya yang masih dibalut jaket pemberian dariku
“Revi?kau tidak apa apa?aku akan mengantarmu kerumahku” kataku cepat lalu membawanya kedalam mobil sport milikku. Aku langsung melajukan mobilku dengan kecepatan penuh. Revi masih saja menunduk dan menangis, aku tidak tahu dan tidak mengerti masalahnya, tetapi aku ingin membantunya meringankan bebannya, apapun itu...
“Mom” panggilku sambil membuka kenop pintu rumahku, rumah mewah yang hanya ada aku dan mom didalamnya, mom langsung membawa tubuh Revi masuk dan memeluknya dengan cepat. Aku membantu membuatkan cokelat hangat untuknya.
Revi point of view
Aku tidak tahu, kenapa justin
bisa menemuiku ditengah jalan dalam keadaan kacau seperti ini? Dia sama sekali
bukan pahlawan, dia tidak akan bisa menyelamatkan diriku hanya dengan tidak
menabrakku. Sekarang, pria bodoh itu malah mengajakku kerumahnya, aku tertegun,
ibu justin sangat baik terhadapku. Ia perhatian dan cantik, ia sangat mirip
dengan mom. Aku menyukai bagaimana ia menenangkanku. Aku tidak tahu apa-apa. Ia
menyuruhku berbaring diatas tempat tidur berukuran king dikamar mewah, setelah
membantuku mengganti pakaian yang sudah basah dengan salju, ia menyelimutiku
dengan selimut hangat dan menyalakan perapian di sisi sebelah kanan kamar tamu
ini.
“terima kasih” kataku kepadanya, ia hanya mengangguk
“panggil aku pattie” katanya, ibu justin bernama pattie, pattie mempunyai senyuman manis yang membuat indah parasnya, tubuhnya juga mungil, sama seperti tubuh ku. Aku suka dia.
“maaf merepotkanmu,aku bisa pergi sekarang” kataku sungkan, ia menolak. Justin datang dengan baki berisi cokelat hangat dan biskuit keju ditangannya.
“kau tidak apa kan?” tanya justin khawatir, aku tersenyum
“tidak apa,tidak perlu mengkhawatirkan aku justin,aku bisa menjaga diriku sendiri” balasku dingin, justin duduk ditepi tempat tidur
“aku akan membuatkanmu semangkuk soup sweety” kata pattie
“namaku Revi,madam” balasku pelan, aku tidak tahu harus memanggil apa
“kau bisa panggil aku mom kalau kau mau” kata pattie halus, membuatku ingin menangis dan semakin merindukan mom.
“mom istirahat saja, biar aku yang menjaganya” kata justin manis
“terima kasih” kataku kepadanya, ia hanya mengangguk
“panggil aku pattie” katanya, ibu justin bernama pattie, pattie mempunyai senyuman manis yang membuat indah parasnya, tubuhnya juga mungil, sama seperti tubuh ku. Aku suka dia.
“maaf merepotkanmu,aku bisa pergi sekarang” kataku sungkan, ia menolak. Justin datang dengan baki berisi cokelat hangat dan biskuit keju ditangannya.
“kau tidak apa kan?” tanya justin khawatir, aku tersenyum
“tidak apa,tidak perlu mengkhawatirkan aku justin,aku bisa menjaga diriku sendiri” balasku dingin, justin duduk ditepi tempat tidur
“aku akan membuatkanmu semangkuk soup sweety” kata pattie
“namaku Revi,madam” balasku pelan, aku tidak tahu harus memanggil apa
“kau bisa panggil aku mom kalau kau mau” kata pattie halus, membuatku ingin menangis dan semakin merindukan mom.
“mom istirahat saja, biar aku yang menjaganya” kata justin manis
“kenapa kau membawaku kemari,bieber?” tanyaku kesal, justin
menyuruhku meminum cokelat hangat buatannya
“karena kau sedang kacau kan?aku tau kau hanya berbohong kepadaku”
aku hampir tersedak cokelat yang sangat lezat ini, justin pintar membuatnya
“aku....aku” kataku tercekat,justin tersenyum
“sudahlah tidak perlu malu,kau bisa tinggal disini dulu,selama kau mau”
“aku tidak bisa”
“aku tidak berbuat jahat kepadamu,Ms.McKenzie.aku tidak tinggal sendirian disini, ada beberapa pembantu disini dan mom,aku tidak akan beranimacam macam denganmu” kata justin jail. Aku terkekeh
“cokelat buatanmu sangat enak,kapan-kapan aku bisa memesan kan?”
“tentu saja”
“baiklah” kataku lalu kembali berbaring saat kepalaku mulai terasa berat.
“jadi apa yang sebenarnya terjadi?kau bisa menceritakannya denganku”
“entahlah”
“aku punya seluruh jam yang kau mau untuk bercerita,aku akan mendengarkanmu”
Revi tersenyum lalu menggeleng
“masalah yang sangat berat,aku tidak mau merepotkanmu dengan ceritaku”
“tidak akan,seperti katamu,kita ini teman kan?aku bisa menjaga rahasiamu”
“sebenarnyaaa.....” akupun mulai bercerita
Justin point of view.
“karena kau sedang kacau kan?aku tau kau hanya berbohong kepadaku”
aku hampir tersedak cokelat yang sangat lezat ini, justin pintar membuatnya
“aku....aku” kataku tercekat,justin tersenyum
“sudahlah tidak perlu malu,kau bisa tinggal disini dulu,selama kau mau”
“aku tidak bisa”
“aku tidak berbuat jahat kepadamu,Ms.McKenzie.aku tidak tinggal sendirian disini, ada beberapa pembantu disini dan mom,aku tidak akan beranimacam macam denganmu” kata justin jail. Aku terkekeh
“cokelat buatanmu sangat enak,kapan-kapan aku bisa memesan kan?”
“tentu saja”
“baiklah” kataku lalu kembali berbaring saat kepalaku mulai terasa berat.
“jadi apa yang sebenarnya terjadi?kau bisa menceritakannya denganku”
“entahlah”
“aku punya seluruh jam yang kau mau untuk bercerita,aku akan mendengarkanmu”
Revi tersenyum lalu menggeleng
“masalah yang sangat berat,aku tidak mau merepotkanmu dengan ceritaku”
“tidak akan,seperti katamu,kita ini teman kan?aku bisa menjaga rahasiamu”
“sebenarnyaaa.....” akupun mulai bercerita
Justin point of view.
Aku hanya bisa melongo dan
terdiam mendengarkan Revi bercerita, masalah yang menghantuinya sangat
berat,bahkan sangat berat, aku tidak tahu kalau ibu tiri yang kejam dikehidupan
nyata memang ada. Aku tidak tahu bahwa ia segitu tertekannya dengan Allison-ibu
tiri Revi- yang kerap menyiksanya. Mata biru lautnya mengeluarkan air mata bak
kristal, aku mengulurkan tanganku menghapus air matanya, aku tidak tahu ia bisa
sekuat ini, mungkin ia berusaha tegar. Aku benar, ia dalam masalah besar,bahkan
sangat sangat besar dan berat.
Setelah ia bercerita, ia
tersenyum manis
“sudahkubilang,ceritanya membosankan.kau pasti bosan kan?” sambil menghapus airmatanya ia tersenyum. Aku menggeleng
“aku tidak tahu bahwa masalahmu seberat itu”
“kau enak justin, hidup bahagia dengan keluargamu”
“aku juga tidak punya ayah,Revi. Kau masih punya teman”
“setidaknya kau punya ibu
justin,yang sayang padamu”“sudahkubilang,ceritanya membosankan.kau pasti bosan kan?” sambil menghapus airmatanya ia tersenyum. Aku menggeleng
“aku tidak tahu bahwa masalahmu seberat itu”
“kau enak justin, hidup bahagia dengan keluargamu”
“aku juga tidak punya ayah,Revi. Kau masih punya teman”
aku terdiam, aku sangat menyanyangi mom, aku tidak akan menyia nyiakannya. Revi mulai mengantuk, matanya mulai terpejam
“bolehkah aku tidur sekarang,bieber menyebalkan?” tanyanya. Aku mengelus kepalanya dengan lembut, ia tersenyum lalu mengenggam tanganku.
“tidurlah,aku akan menjagamu,dan kau tidak akan sendiri lagi,ingat?”
ia tersenyum sangat manis, matanya mulai menyipit
“bisakah kau menyanyikan sebuah lagu untukku,justiin, aku sangat ingin mendengar suaramu” pintanya memelas, wajahnya kembali berseri saat aku mengangguk mantap.
That should be me holding your hand
That should be me making you laugh
That should be me this is so sad
That should be me, that should be me
That should be me feeling you kiss
That should be me buying you gift
This is so wrong, i cant go on
Till you believe
That Should be me
matanya mulai terpejam, senyumannya melengkung, kulepaska genggaman tangannya diatas tanganku,merapatkan selimutnya dan meninggalkannya tertidur nyenyak meninggalkan dunia nya yang keras
Tidak ada komentar:
Posting Komentar